Selamat Datang di Website Pengadilan Agama Semarang   Click to listen highlighted text! Selamat Datang di Website Pengadilan Agama Semarang Powered By GSpeech
  Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech

Urgensi Aktualisasi Diri Bagi ASN

Posted in Arsip Artikel

Urgensi Aktualisasi Diri Bagi ASN

 

Oleh : H. Asmu’i Syarkowi

(Hakim Tinggi PTA Jayapura)

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita ketahui tentang kisah orang-orang sukses. Mereka mewakili berbagai bidang lapangan kehidupan, seperti pengusaha, dokter, seniman, ilmuwan, atau politisi. Di balik capaian mereka sekarang sering kita dapatkan cerita kehidupan sebelumnya yang paradoks. Setelah kita telusuri dari biografi hidupnya tidak sedikit yang ternyata mengalami latar belakang kehidupan yang lain dari kenyataannya sekarang. Mereka banyak yang berlatar belakang orang-orang susah, seperti lahir dalam keadaan yatim, dari keluarga orang miskin, ada yang sering bangkrut, ada yang dikejar-kejar hutang, dan gambaran kehidupan susah lainnya. Bahkan, di antara mereka tidak hanya, dalam katerbatasan materi tetapi juga fisik, seperti cacat fisik.1

Pertanyaannya mengapa mereka bisa sukses?

Memang banyak faktor seorang bisa sukses. Namun di antara sekian faktor, salah satunya secara sengaja atau tidak, karena mereka berhasil menemukan jati diri yang didapat dari keberhasilannya menggali potensi dasar mereka masing-masing dengan beraktualisasi diri.

Tentang aktualisasi ini ternyata menjadi salah satu bahasan penting para psikolog dan menjadi bahan kajian para motivator kenamaan sampai sekarang. Banyak orang ingin sukses, tetapi sering kandas kearena kegagalan mengenali diri sendiri sehingga juga gagal beraktualisasi diri. Maraknya dunia motivator atau konsultan psikologi di berbagai tempat salah satunya adalah agar manusia dapat mengenali dirinya dan pada akhirnya dapat beraktualisasi diri.

Di dalam tulisan berikut dibahas secara deskriptif mengenai apa aktualisasi diri, tujuan aktualisasi diri, cara penerapannya, hubungan Islam dengan aktualisasi diri, hubungan aktualisasi diri dengan ASN2.

Pengertian

Dalam judul tersebut, ada 2 kata kunci: pertama, “urgensi” dan kedua aktualisasi diri. Menurut KBBI urgensi berarti keharusan yang mendesak; hal yang sangat penting.

Aktualiasi berasal dari akar kata “aktual”. Dalam KBBI aktual berarti, 1. betul-betul ada (terjadi); sesungguhnya; Contoh: cerita itu dianggkat dari kejadian yang aktual.

2. Sedang menjadi pembicaraan orang banyak (tentang peristiwa dan sebagaimnya) 3. Baru terjadi; masih baru (tentang peristiwa dan sebagainya); hangat.

Sedang “aktualisasi” adalah kata benda yang berarti perihal mengaktualkan; pengaktualan. Contoh dalam kalimat: kasus ini sudah sampai pada suatu aktualisasi diri.

Sedangkan kata “diri” berarti: 1. orang seorang (terpisah dari yang lain); badan. Contoh ia menyesali dirinya; untuk kepentingan dirinya sendiri. 2. Tidak dengan yang lain: pkerjaan itu dilakukannya seorang diri. 3. (Psi) Kepribadian yang sadar akan identitasnya sepanjang waktu.

Lantas apa yang dimaksud aktualisasi diri?

Aktualisasi diri menjadi salah satu pembahasan psikologi. Menurut Abraham Maslow3, aktualisasi diri adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sendiri serta bebas dari tekanan luar. 4

Secara sederhana, aktualisasi diri adalah sebuah hasil dari kematangan individu, yang menyadari kemampuan dirinya dan mampu melaksanakannya. Ia menjelaskan teori aktualisasi diri berdasarkan asumsi dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinsik berupa kelebihan dan keunikan. Berangkat dari itu, setiap individu punya peluang untuk memaksimalkan potensinya. Dasar dari hal tersebut, membuat Maslow menyimpulkan, setiap individu memiliki pilihan untuk mengembangkan dirinya dan potensi yang dimilikinya.

Dr. Fachrudin Faiz, secara singkat aktualisasi diri ialah menjadi diri (sendiri) yang sepenuhnya sekarang. Ia menjabarkannya dalam sikap mental sebagai berikut:

  • Mungkin aku bersalah di masa lalu dan berharap di masa depan, tetapi yang jelas aku harus melakukan sesuatu sekarang (juga).

  • Kemampuan untuk hidup di sini dan saat ini, adalah unsur paling utama dari kesehatan mentalmu.

  • Jangan hidup di masa lalu dan jangan hidup di masa depan. Berharap pada masa depan tidak masalah, kecewa dengan masa lalu juga tidak masalah, tetapi hiduplah di masa kini.

Selanjutnya ia memberikan penegasan, itulah titik awal untuk menjadi dirimu sepenuhnya. Kalau masih terkungkung oleh masa lalu atau masih belum bisa bangun dari masa depan, anda belum bisa menjadi dirimu sepenuhnya.

Mengacu kepada teori tersebut, secara sederhana juga dapat dikatakan, bahwa aktualisasi diri adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan tampilan maksimal (baik perilaku, pemikiran, atau karya) sesuai ruang dan waktu saat ini.

Tujuan Aktualisasi Diri

Setiap manusia, dalam teori Maslow, memiliki potensi dan kelebihannya tersendiri. Selain dari potensi dasar secara genetik, ada juga potensi yang dapat dikembangakan seiring waktu. Singkatnya, aktualisasi diri bertujuan untuk menerima dan menyadari keadaan individu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Untuk dapat melakukan itu, penerimaan diri harus menjadi kunci awal dan dasar. Tak ayal, penolakan, frustasi, dan penyimpangan akan timbul dalam tahap ini. Maka, apabila individu tidak dapat menyadari dan menerima kelemahan dirinya, aktualisasi diri tidak akan dapat tercapai.

Cara Menerapkan Aktualisasi Diri

Maslow menjelaskan, untuk menerapkan aktualisasi diri setidaknya ada beberapa cara yang harus dilewati oleh tiap individu.

  1. Mampu melihat realitas secara lebih efisien

Aktualisasi diri akan tercapai apabila seseorang mampu mengenali ketidakbenaran atau kepalsuan yang berasal dari diri sendiri atau orang lain. Sikap kritis untuk mengenali hal tersebut akan menumbuhkan sikap pengamatan yang tajam terhadap realitas hidup.

  1. Menerima diri sendiri dan orang lain.

Aktualisasi diri juga hanya akan dapat tercapai, apabila seseorang mampu menyadari dirinya sendiri dan sekaligus menerimanya. Karena, pada dasarnya setiap orang memiliki potensie dan kelebihannya, namun tak luput juga kekurangannya. Dengan menerima kelemahan diri sendiri dan orang lain, sikap toleransi juga akan bertumbuh. Toleransi untuk menerima saran, pendapat, dan kritik dapat berbuah pada perkembangan diri individu.

  1. Bersifat tidak egosentris

Seseorang yang mencapai aktualisasi diri, adalah mereka yang tidak menempatkan egonya di atas segalanya. Individu yang mampu menempatkan kepentingan dan kebaikan bersama adalah mereka yang memiliki gagasan yang terbuka dan fokus pada kebaikan. Individu yang yang dapat mencapai aktualisasi diri berkembang dari pembelajaran yang bersifat terbuka.

  1. Bersifat mandiri

Ciri dari individu yang memiliki aktualisasi diri, adalah mereka yang tidak menggantungkan diri sepenuhnya pada orang lain atau lingkungan. Individu yang mampu melakukan sesuatu berdasarkan pada dirinya sendiri adalah mereka yang bersifat otonom dan mampu bertahan pada situasi dan kondisi apa pun. Hal ini, mampu membantu pertumbuhan dan perkembangan potensi seseorang.

  1. Mampu bersosialisasi dengan baik.

Untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki, kita membutuhkan orang lain sebagai pemandu atau objek pembelajaran. Oleh karena itu, individu yang mampu menerapkan hubungan yang baik dengan orang lain, adalah ciri dari seseorang yang mampu melakukan aktualisasi diri. Itulan paparan mengenai aktualisasi diri mulai dari pemgertian, tujuan, serta cara mewujudkannya menurut Maslow. Cara-cara tersebut dapat digunakan untuk memaksimalkan aktualisasi diri serta potensi yang ada di dalam diri setiap individu mansia.

 

Puncak Aktualisasi Diri

Dr. Fachrudin Faiz5 memberikan penjelasan, puncak aktulisasi diri ini adalah aktualissi diri ialah6:

  • Peakexperience (pengalaman puncak), ranahnya adalah ranah spiritual. Pengalaman puncak ini dalam istilah agama sering disebut “kasyaf” (ekstase). Yaitu pengalaman atau rasa yang luar biasa. Keterpesonaan yang luar biasa yang bersifat relijius mistik.Saking luar biasanya, seoang yang sudah sampai tahap ini merasa dirinya sudah tidak penting lagi, tergantikan rasa nikmat, rasa keterpesonaan yang luar biasa. Atau, dengan kalimat lain bisa dikatakan tidak dapat diredaksikan dengan kata-kata.

  • Pengalaman puncak ini sifatnya tidak terkatakan (innefable), noeitic (Bahasa Yunani) yang berarti intuitif (tidak pakai akal tidak pakai panca indera) dan tidak terus menerus (transient ).

  • Dalam jangka waktu tertentu mungkin 10 menit atau setengah jam akan kembali ke asal. Oleh karena itu jangan dibayangkan ektase itu terus menerus. Ada saatnya akan hilang seiring dengan kesadarannya. Jadi dalam bahasa tasawuf sebagai “kasyaf” atau “musyahadah” dan menurut istilah Maslow sebagai “peakexperience”.

Dengan demikian menurutnya, pengalaman puncak yang dalam ilmu taswuf disebut kasyaf atau musyahadah,7 tetapi dalam tradisi psikologi Barat juga dikenal pengalaman puncak yang disebut peakexperience.

 

Tinjauan Islam

Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam mengenai pentingnya aktualisasi diri ini kita perlu mengingat tujuan manusia diciptakan. Sebenarnya banyak ayat sangat relevan dijadikan bahan dasar renungan mengenai hal ini.

Manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk8. Manusia juga diciptakan dengan segenap kemuliaannya9. Tujuan Allah menciptakan manusia memang hanya Allah Yang tahu. Akan tetapi secara tersurat dapat kita dari 2 ayat penting mengenai hal ini yaitu:

        1. Surat Al Baqarah, 2:30.

Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat Sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.

        1. Surat Adz Dzariyat, 51:56.

Artinya: Dan tidak akan aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”

Dua ayat tersebut seolah saling berdiri sendiri satu sama lain. Tujuan diciptakan manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi. Atau dengan bahasa lain, Allah menciptakan manusia untuk mengelola bumi seisinya. Sedangkan pada ayat kedua, tujuan Allah menciptakan untuk menyembah kepadanya.

Akan tetapi, sebenarnya kedua ayat tersebut saling melengkapi satu sama lain. Yaitu, diciptakan sebagai khalifah di bumi agar dapat lebih maksimal untuk meningkatkan kualitas pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT. Hal ini juga di dukung oleh hadits “Addunya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang akhirat). Mengapa kepentingan akhirat tetap harus menjadi prioritas sebab Allah telah membuat maklumat, bahwa wal akhiratu khairul laka minal ula.10

Untuk kepentingan dua fungsi tersebut ada satu ayat yang juga penting kita renungkan yaitu sebagaimana tertuang dalam surat al Qashash, 28:77:

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu, tetapi jangan lupa bagianmu di dunia.”

 

Salah satu kandungan penting ayat di atas ialah agar manusia menggunakan potensi yang diberikan untuk kepentingan, tidak hanya di akhirat tetapi juga di dunia saat ini.

Dalam konteks aktualisasi diri ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW juga pernah bersabda:

Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara." Lalu Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata: "Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati," (HR. Bukhari No. 6416).

Pesan penting dari perkataan Ibnu Umar tersebut ialah agar manusia dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya, tanpa menunggu nanti sore lebih-lebih besuk pagi, melainkan sekarang juga.

Hubungannya Dengan Aktualisasi Diri

Allah menciptakan manusia, di samping diciptakan sengan sebaik-baik bentuk ternyata juga diberikan talenta. Talenta tersebut, agar fungsi keterciptaannya bisa maksimal. Agar talenta tersebut bisa berkembang harus di asah. Selanjutnya talenta yang sudah terasah tersebut setelah maksimal dapat digunakan sebagai bekal hidupnya, tidak hanya untuk mencari pahala akhirat tetapi juga untuk kepentingan hidupnya selama di dunia.

Kegiatan mengasah talenta agar bisa maksimal tersebut tidak lain merupakan kegiatan aktualisasi diri. Dengan demikian, tanpa aktualisasi tentu juga mustahil kita dapat mencapai kebaikan di dunia, lebih-lebih nanti di akhirat.

Aktualisasi Diri dan ASN

Kita sudah ditakdirkan termasuk dari sedikit penduduk di negeri ini yang beruntung dapat menjadi ASN, dalam hal ini tentunya ASN Peradilan Agama. Sebagai ASN tentu tidak ingin statis dalam satu posisi kedudukan tertentu. Sebaliknya ingin karir meningkat. Tentu hal demikian tidak mungkin dicapai tanpa kerja keras. Tanpa aktualisasi diri mustahil sebagai ASN akan mencapai karir maksimal.

Sebagai aparat peradilan, khususnya hakim, aktualisasi diri ini secara tersirat tampaknya telah pula disinggung oleh ketentuan salah satu pasal Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan: Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan maksud yang kurang lebih sama, Prof. Busthanul Arifin dalam salah satu bukunya juga pernah memesankan kepada setiap hakim Peradilan Agama, bahwa hakim harus selalu alim dalam ilmu hukum (learned in law) dan terampil menerapkan hukum (skilled in law).11 Dengan kalimat lain, terus menggali nilai keadilan yang berkembang, alim dalam ilmu hukum (learned in law), dan terampil dalam ilmu hukum (skilled in law) adalah salah satu bentuk keharusan bagi hakim untuk terus beraktualisasi diri. Yang demikian tentu juga berlaku bagi aparat peradilan lainnya.

Oleh karena dalam konteks ini, mengindahkan himbauan Ketua MA RI menjadi penting, yaitu membiasakan 3 M: Mulai dari sekarang, Mulai dari yang kecil, dan Mulai dari sendiri. Wallahu a’lam.


Footnote:

 

 

1 Di Indonesia banyak orang dalam keadaan cacat fisik menjadi orang yang sukses menjadi orang. Salah satu di antaranya ialah seorang Guru bernama Untung dari Batang-Batang Sumenep. Guru--tanpa kedua tangan yang mengajar di salah satu MI dan mengajar sejak tahun 1992--ini, berhasil menjadi guru yang sangat dicintai oleh murid-muridnya. “Pak Untung itu bisa mengajar lebih baik dari pada guru yang lain”, pengakuan salah satu muridnya. (https://www.youtube.com/watch?v=e2iHPWV-loY)

2 Menurut UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, bahwa yang disebut ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.Jadi ASN itu meliputi PNS dan PPPK.Dalam konteks PA, PNS sendiri meliputi Hakim dan Tenaga Admnistrasi. Tenaga Administrasi meliputi: Admnistrasi Kepaniteraan dan Kesekretariatan.Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.(Pasal 1 angka 1 UU Nomor 5 Tahun 2014).

3 Pemilik nama lengkap Abraham Harold Maslow (1 April 1908 – 8 Juni 1970) disebut sebagai psikolog legendaris asal Brooklyn New York AS, yang membuat teori pyramida, yaitu, bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan yang tersusun seperti pyramida dari kebutuhan yang paling rendah sampai yang tertinggi, yaitu: 1. kebutuhan makanan dan minuman, 2. keamanan, 3. memiliki atau hubungan, 4. rasa hormat atau harga diri, dan 5. aktualisasi diri (puncak).

4 https://mediaindonesia.com/weekend/567472/aktualisasi-diri-pengertian-tujuan-dan-cara-menerapkannya

5Dosen Filsafat UIN Sunan Yogyakarta dalam salah satu kanal youtubenya (https://www.youtube.com/watch?v=qM5rUi4nlCM)

6Ibid

7 Ibid.

8 Al Quran, Surat At Tin, 95:5.

9 Al Quran, Surat Al Israk,17: 70.

10 Al Qur’an, Surat Adh Dhuha, 93 : 4.

11 Prof. Dr. Bustanul Arifin, S.H.,1996, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Akar Sejarah, Hambatan, dan Prospeknya, Gema Insani Press, Jakarta.


Slider
Don't have an account yet? Register Now!

Sign in to your account

Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech